Langsung ke konten utama

Judul


Catatan ABSURDnyAJI "Judul"
Ketika Aji Absurd membuat catatan dengan judul yang tidak pantas diberi judul "judul".

Cerpen?
          Selasa, 5 Maret. Hari itu, hari Selasa. Setelah Selasa adalah hari Rabu. Tapi, kalian akan menyadari mulai detik ini, mungkin, kalau sebelum hari Selasa adalah hari Senin. Kampret, ya.
            Di sebuah SMP Negeri di daerah Bantul. Sebut saja, SMP 1 Pandak. Hiduplah 4 orang anak manusia, 4 anak manusia. Manusia, woe.
            A. Aji

          B. Bagas

          D. Danang, dan

          C. Wahyu. E... mungkin kita harus merekrut anggota baru dengan huruf konsonan C sebagai huruf depan, bro.
            Mereka berempat sibuk, sibuk di tengah guyuran hujan yang tidak mengguyur mereka. Mereka sibuk memikirkan masa depan. Masa depan dimana sepasang suami istri muda yang ingin berbulan madu di Kutub Selatan. Bayangkan. Itulah salah satu bahan pembicaraan 4 anak tersebut. Keren, ya.

            "Di Kutub Selatan, itu ada tumbuhan. Yaitu... Pohon Natal." ucap Wahyu mengawali, karena tidak percaya kalau di Kutub Selatan tidak ada tumbuhan.
            "Iya? Jadi di sana ada juga hewannya. Namanya, Rusa Kutrub." ujar anak keren, ganteng, baik hati yang tidak sombong, tapi itu hanya isu. Aji.
            "Tapi, bagaimana kita dapat kesana?" tanya Bagas.
            "Sebelum kesana. Mungkin kita harus konfirmasi dengan Om Santo. Terlebih dahulu." jawab Aji dengan serius. Keren, ya.
            "Kalau tidak. Kita tanyakan pada Om Eco. Dengan Vespa Terbangnya, kemungkinan kita bisa kesana, lebih besar." tambah orang ganteng, tapi isu juga. Danang.
            "Tapi..." pikir Aji.
            FlasBack:
            "Ayo kita buat Harlem Shake." ajak Arif.
            "Beneran? Ayo..." jawab Danang antusias, sambil mulai berjoget seperti... seperti itu.
            Kampret, mengapa malah ada FlasBack-nya segala?
            Mungkin, bila tragedi Kutub Selatan itu dilanjutkan. Kelas kami akan rusuh. Cewek-cewek putus sekolah, menikah, lalu daftar pada kami. "Paket bulan madu di Kutub Selatan masih ada, tidak?".
            "Kamar penuh. Penuh dengan rasa kecewa melihatmu telah menikah dengannya." Kampret... keren, ya.
            Hari itu hujannya awet, ya. Seawet rasa cintaku pada. Pada siapa? Di cerita, dia udah menikah. Mendung yang cerah menyelimuti langit Bantul.
            "Aji Absurd, mendung kok dibilang cerah?". Namanya galau itu, kan, kata temenku "Free... bebas. Gue sih, cuek. #PHP". Temen-temenku memang kampret.
            Timbul di dalam benakku sebuah pertanyaan "Mengapa hari ini hujan, mendung, mendung tapi hujan?"
            Timbul juga sebuah jawaban yang menurutku keren, tapi menurut temenku itu kampret, banget "Mungkin karena aku terlalu ganteng, ya?".

            Saya Aji Absurd, dan ternyata walau hujan, satu ditambah satu sama dengan dua
            Salam Absurd.

          @tofa_ji
            Terimakasih untuk yang sudah berkenan membaca catatan absurd saya ini. Kritik dan saran anda sangat membantu saya.
Saya menulis catatan ini. Karena saya... e... hanya mau berbagi sebuah pengalaman, yang selayaknya tidak layak untuk dibagi-bagi.
#JANGAN PRAKTEKAN ADEGAN DI KELAS ANDA#
sumber: Pengalaman Pribadi 
---------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Mati di Jogjakarta beserta Alasannya

Mati di Jogjakarta , sebuah antologi cerpen karya Egha De Latoya. Masih ingat ketika di Bandung akhir tahun 2022, masuk Gramedia aku hanya berpikir bahwa perlu beli buku. Tidak tahu mau beli buku seperti apa, tapi yang jelas adalah buku fiksi. Sederhana, karena buku yang terkahir aku baca (bukan karena suatu tugas atau pekerjaan) adalah buku non fiksi, yaitu Filosofi Teras. Beberapa alasan akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini adalah: Kecil dan tidak tebal Mungkin kata “tidak tebal” lebih tepat diganti dengan “tipis”, tapi menurutku buku ini tidak tipis-tipis banget. Ini penting karena sampai tulisan ini aku ketik, aku masih tidak percaya diri akan bisa selesai membaca buku-buku tebal. Sepaket alasan, aku pikir ukuran yang kecil akan memuat tulisan yang tidak terlalu banyak dalam setiap halamannya. Sehingga target minimal membaca 10 halaman setiap hari tidak begitu berat. Remeh banget ya hehe . Aku juga sudah berpikir bahwa buku yang aku beli akan sering masuk tas dan dibaca

Budi Pekerti Coldplay di Plaza Senayan

 Sepuluh hari yang lalu, Rabu 15 November 2023, hari Coldplay tampil di Gelora Bung Karno. Saya jalan ke luar kantor, ke arah kerumunan calon penonton Coldplay, dan memutuskan untuk menonton Film Budi Pekerti di Plaza Senayan. Memang cara orang untuk mendapatkan kesenangan berbeda-beda. Ada orang yang senang dengan melihat artis luar negeri, orang yang berhasil mengundang artis luar negeri, orang yang senang dengan menghibur orang lain, orang yang senang berada dalam kerumunan, orang yang senang ketika berdagang dalam kerumunan, dan saya orang yang saat itu senang menghindari kerumunan. Bioskop di Plaza Senayan barang kali adalah bioskop paling eksklusif yang pernah saya datangi. Sepertinya tidak ada kecurigaan dari satpam melihat kemungkinan saya membawa makanan dalam tas yang berisi grill pan hadiah gathering yang siang itu saya ambil dari kantor. Bioskop pertama yang menolak uang tunai saya untuk membeli tiket. Bagus, padahal nominal yang harus saya bayar adalah 50000. Nominal y