Bagian 1
dibalik rencana kepulangan.
Oke, awalnya. Apasih awalnya? Emangnya
apa sih yang mau saya tulis? Ini membahas apa sih? Pantai Parang Tritis? Owh.
Oya, awalnya saya males main air di
pantai itu. Ya, karena saya memang nggak punya tujuan untuk main air, main judi
atau malah main wanita, man. Itu gak penting.
Oya, saya cuma melihat pemandangan
Australia dari pantai selatan itu. Nggak, ternyata nggak kelihatan. Tapikan
prediksinya, setiap 1 tahun pulau Jawa sama pulau Australia PDKT sejauh 1 cm.
Kalau nggak salah sih. Emangnya mereka LDR, ya? Sejak kapan?
Owh, mereka LDR, ya. Kasian sekali
ya mereka.
Oya, teman-teman saya asyik main air
dan pasir. Nulis di pasir, mayoritas nulisnya gini “I Love U someone Like U...”
“AKU CINTA KAMU ########” “Ai Luph U AusTralia” Hoe man, ini di jawa.
Oya, ini oya saya yang ke-5 di
catatan ini. Ternyata semakin siang kami semakin ke arah timur. Ya, dari pada
ikut-ikutan ke daerah timur. Kami berdelapan, saya lupa siapa saja. Berjalan ke
arah timur lebih dahulu.
Di daerah timur pantai Parangtritis
itu banyak terdapat batu-batu besar dan lumayan gak panas. Cocok buat kegiatan
sepak bola, foto-foto, bakar ikan paus. Bakar ikan paus cuma imajinasi saya
aja. Yang jelas, kegiatan saya di sana adalah mengambil gambar 4 putri duyung
yang sebenarnya ingin sekali saya dorong ke laut. Karena sebenarnya mereka
adalah teman saya sendiri. Nopi, Dedi, Tari, Prias.
Ralat, Dedi diganti dengan Sulis.
Kampretnya setelah berkali-kali
jepretan, saya nggak dibayar. Itu sakit, man.
#SKIP, nggak penting banget untuk
ditulis. Karena kalau saya tulis, akan banyak nama teman saya, yang nggak Sopan-sopan
banget. Yang saya ingat, saat sepak bola di pantai itu. Tim lawan kalah.
#DahGituAja
#SKIP sampai saat kami lagi santai
minum Es Kopi (Nggak sebut merk). Mengapa saya ingat sampai sekarang? Karena harganya
terlalu mahal untuk segelas kopi saset-an yang cuma 1000, dijual dengan harga
3000 man.
Saat
kami lagi santai minum kopi itu. Kami dikejutkan oleh sepasang couple berbaju
maroon kecoklat-coklatan. Mungkin kalau ada tulisannya orang pertama bajunya bertuliskan
“He is my Love”. Yang satunya juga, “He is my Love.” Ternyata mereka adalah Adnan
dan Wahyu, yang datang berdua untuk meluangkan waktu bersama kami.
Inilah
yang dinamakan teman, man. Mereka mengorbankan tenaganya untuk berkumpul
bersama kami. Dan, waktunya pas banget, man. Pas kami mau pulang.
Kebosanan
seseorang itu beda-beda, man. Ada yang saat berfikir malah bosan, bosan saat
membaca. Dan saya bosan menuliskan tulisan ini yang gak akan dinilai oleh guru
bahasa Indonesia saya.
Intinya, kami terus pulang ke rumah
masing-masing. Dan tidak ada yang homo beneran.
Bahkan
catatan ini akhirnya gak jelas kan, man? TAMAT.
Bantul,
27 May 2013
@danMasihAji
#Mungkin Efek
Gempa 7 Tahun Silam#
Komentar
Posting Komentar