Langsung ke konten utama

Selasa Pagi Kelas D (2)


Bagian 1
dibalik rencana kepulangan.

                Oke, awalnya. Apasih awalnya? Emangnya apa sih yang mau saya tulis? Ini membahas apa sih? Pantai Parang Tritis? Owh.
            Oya, awalnya saya males main air di pantai itu. Ya, karena saya memang nggak punya tujuan untuk main air, main judi atau malah main wanita, man. Itu gak penting.
            Oya, saya cuma melihat pemandangan Australia dari pantai selatan itu. Nggak, ternyata nggak kelihatan. Tapikan prediksinya, setiap 1 tahun pulau Jawa sama pulau Australia PDKT sejauh 1 cm. Kalau nggak salah sih. Emangnya mereka LDR, ya? Sejak kapan?
            Owh, mereka LDR, ya. Kasian sekali ya mereka.
            Oya, teman-teman saya asyik main air dan pasir. Nulis di pasir, mayoritas nulisnya gini “I Love U someone Like U...” “AKU CINTA KAMU ########” “Ai Luph U AusTralia” Hoe man, ini di jawa.
            Oya, ini oya saya yang ke-5 di catatan ini. Ternyata semakin siang kami semakin ke arah timur. Ya, dari pada ikut-ikutan ke daerah timur. Kami berdelapan, saya lupa siapa saja. Berjalan ke arah timur lebih dahulu.
            Di daerah timur pantai Parangtritis itu banyak terdapat batu-batu besar dan lumayan gak panas. Cocok buat kegiatan sepak bola, foto-foto, bakar ikan paus. Bakar ikan paus cuma imajinasi saya aja. Yang jelas, kegiatan saya di sana adalah mengambil gambar 4 putri duyung yang sebenarnya ingin sekali saya dorong ke laut. Karena sebenarnya mereka adalah teman saya sendiri. Nopi, Dedi, Tari, Prias.
            Ralat, Dedi diganti dengan Sulis.
            Kampretnya setelah berkali-kali jepretan, saya nggak dibayar. Itu sakit, man.
            #SKIP, nggak penting banget untuk ditulis. Karena kalau saya tulis, akan banyak nama teman saya, yang nggak Sopan-sopan banget. Yang saya ingat, saat sepak bola di pantai itu. Tim lawan kalah. #DahGituAja
            #SKIP sampai saat kami lagi santai minum Es Kopi (Nggak sebut merk). Mengapa saya ingat sampai sekarang? Karena harganya terlalu mahal untuk segelas kopi saset-an yang cuma 1000, dijual dengan harga 3000 man.
Saat kami lagi santai minum kopi itu. Kami dikejutkan oleh sepasang couple berbaju maroon kecoklat-coklatan. Mungkin kalau ada tulisannya orang pertama bajunya bertuliskan “He is my Love”. Yang satunya juga, “He is my Love.” Ternyata mereka adalah Adnan dan Wahyu, yang datang berdua untuk meluangkan waktu bersama kami.
Inilah yang dinamakan teman, man. Mereka mengorbankan tenaganya untuk berkumpul bersama kami. Dan, waktunya pas banget, man. Pas kami mau pulang.
Kebosanan seseorang itu beda-beda, man. Ada yang saat berfikir malah bosan, bosan saat membaca. Dan saya bosan menuliskan tulisan ini yang gak akan dinilai oleh guru bahasa Indonesia saya.
            Intinya, kami terus pulang ke rumah masing-masing. Dan tidak ada yang homo beneran.
Bahkan catatan ini akhirnya gak jelas kan, man? TAMAT.
                Bantul, 27 May 2013

                @danMasihAji
#Mungkin Efek Gempa 7 Tahun Silam#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Hubungan Setiap Season di Serial Fargo

Judulnya Fargo, tapi kok kebanyakan seting lokasinya ada di Minnesota bukan di Dakota Utara? Ini karakter di season 3 kayaknya ada yang familier deh, tapi siapa ya?Berhubungan pasti nih, tapi apa ya?      Beberapa pertanyaan itulah yang sempat saya pikirkan, dan jawaban dari pertanyaan pertama sudah saya singgung di tulisan sebelumnya ( cek di sini ). Sedangkan untuk 2 pertanyaan lainnya akan coba saya bahas di tulisan kali ini. Karena memang ada beberapa karakter yang menemani kita untuk memahami hubungan di setiap cerita Fargo. Mari kita runut dari timeline paling awal: Fargo Season 4 : Latar waktu 1950an Satchel membaca disamping Rabbi ( sumber gambar )      Satchel Cannon yang ditukar sebagai jaminan untuk memenuhi perjanjian damai antara Cannon Limited dengan Fadda Family. Walau hidup bersama keluarga mafia Itali Fadda Family, Satchel diperlakukan kurang layak dan disuruh tidur di loteng rumah bersama Rabbi Milligan yang peduli padanya. Rabbi Milligan ini adalah orang Irlandi

Nopek Juara SUCI IX

pengennya netizen sih Lima besar SUCI IX diisi oleh Ate, Egi, Rio, Ali, dan Nopek. Dari kelima finalis tersebut, 2 orang yang banyak digadang-gadang jadi juara oleh netizen adalah Nopek dan Ali. Apakah akan terbukti? Pada episode kali ini (9 April), finalis mendapat 2 sesi penampilan. Sesi pertama bertema bebas, tema yang sangat disukai dan memang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh finalis season ini. Sedangkan sesi kedua bertemakan Roast of Aldi Taher, yang tidak kalah dar der dor plung dyeng pyar. Berikut sekilas topik penampilan di tema bebas: Ate resah dengan kebiasaan finalis lain yang ngambil premis terlalu dekat dan sering pakai meta komedi; Rio khawatir kalau karirnya naik palingan cuma jadi satpam di lantai 2; Nopek yang keberatan beban ekspektasi penonton; Egi yang berhasil menjilat juri; dan Ali menyimulasikan sesi close mic. Quote yang paling berkesan buat saya dari sesi ini adalah materi Ali Akbar yang kata Pandji