Langsung ke konten utama

Gilang Durhaka 3 Besar

 Prediksinya Ben Dhanio sih

 


Kemarin Jumat (2 April) baru nonton video Pandji bareng Ben Dhanio, yang diupload di channel Youtube Pandji pada 29 Maret dengan judul “Ben Dhanio Comedy Geek”. Di situ Ben disuruh nebak siapa yang bakal masuk final Stand Up Comedy IX. Ben menjawabnya dengan ngasih tahu tebakannya tentang kemungkinan 3 besar SUCI IX, yaitu Gilang Durhaka, Ali Akbar, dan Nopek. Kata Ben sih karena konsistensi mereka, dan berpikir sedang dirinya cuma bisa sampai 10 besar.

Pemikiran Ben Dhanio memang keren, dan dia mengakui dirinya sebagai Comedy Geek dengan ratusan funfact tentang komedi. Tapi kali ini saya lebih ingin mencurahkan pikiran tentang Gilang Durhakanya. Ya dari pada pikiran ini baru tertuliskan setelah SUCI masuk 3 besar, karena mungkin sampai saat ini ditulis sudah masuk 4 besar (barusan nonton Podcast Sohibul Diksi yang Rio keceplosan kalau udah 4 besar).

Ketika tahu Ben menebak Gilang bisa masuk 3 besar, awalnya saya sempat setuju kalau komika durhaka yang membanggakan keluarga tersebut bisa masuk big three. Tapi lalu kepikiran, selain mereka bertiga kan masih ada 3 komika lain di 6 besar. Dan yang menurut saya lebih mungkin masuk 3 besar itu Nopek, Ali Akbar, sama Egi Haw. Nopek marah-marah dan bunyi-bunyiannya wang weng wong, Ali Akbar observasinya cukup absurd, sedangkan Egi Haw dari awal terlihat santai, konsisten dan cenderung baik terus. Ya paling gak Egi juara 3 lah.

Skeptis saya tentang Gilang Durhaka masuk 3 besar itu dikarenakan pernah dengar perkataan finalis SUCI (mungkin juga termasuk Gilang sendiri) yang ngasih tahu kalau Gilang itu baru masuk komunitas standupcomedy ketika akan berSUCI. Lupa ini masuk podcast siapa, Dani Beler kali ya. Saya pikir sih keren; karantina serta mentoring SUCI memang ngasih dampak yang baik untuk perkembangan Gilang Durhaka yang juga memang bisa memanfaatkannya.

Tapi ya apa cukup? Kalau sama-sama memanfaatkan, masih ada Ali Akbar dan Nopek yang sepertinya tidak kalah serius ditambah jam terbang yang cukup tinggi. Sedangkan untuk Egi Haw saya pikir jam terbang komedinya cukup mengungguli Gilang Durhaka.

Sampai akhirnya tadi malam disiarkan SUCI IX 6 besar, yang saya tonton Sabtu paginya. Saya pikir 6 besar ini yang bakal tereliminasi adalah Pak Rio Sappam, karena kalau dari latar belakangnya itu hampir sama kayak Rais Marasabesi tapi manusia. Walau mereka berdua sudah sering masuk konten Youtube, tapi mereka juga sering masuk di 3 besar, paling bawah, dan “angin-anginan” kalau istilahnya Nopek.

E lha dalah plung crak bruk cluk cluk kloek brak... penampilan Mas Gilang malah menurun di tema transportasi dan tema bebas yang tetap ngomongin transportasi ini. Sedangkan Pak Rio tetap stay positif vibe (walau banyak kata yang sulit saya dengar) tapi tetap saja lucu dengan bahan persappaman yang ada-ada saja, dan masih aman dari pada penampilan Gilang. Dan ya, Gilang Durhaka akhirnya close mic di pagi ini, karena saya nontonnya pagi.

Tebakan Ben Dhanio ternyata salah, tapi ya namanya saja prediksi, jaya jaya jaya... Tapi mungkin saja Gilang bisa masuk 3 besar kalau di 4 atau 3 besar besok ada babak callback. Mumpung masih ada 5 besar, saya ikut nebak ya; tebakan yang bakal tereliminasi di 5 besar itu Ate, terus di 4 besar yang dieliminasi itu Pak Rio. Baru di 3 besar ada Nopek, Ali Akbar, dan Egi Haw. Terus Egi juara 3.

Ya tebak-tebak aja, namanya juga prediksi, jaya jaya jaya. Terimakasih... J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Mati di Jogjakarta beserta Alasannya

Mati di Jogjakarta , sebuah antologi cerpen karya Egha De Latoya. Masih ingat ketika di Bandung akhir tahun 2022, masuk Gramedia aku hanya berpikir bahwa perlu beli buku. Tidak tahu mau beli buku seperti apa, tapi yang jelas adalah buku fiksi. Sederhana, karena buku yang terkahir aku baca (bukan karena suatu tugas atau pekerjaan) adalah buku non fiksi, yaitu Filosofi Teras. Beberapa alasan akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini adalah: Kecil dan tidak tebal Mungkin kata “tidak tebal” lebih tepat diganti dengan “tipis”, tapi menurutku buku ini tidak tipis-tipis banget. Ini penting karena sampai tulisan ini aku ketik, aku masih tidak percaya diri akan bisa selesai membaca buku-buku tebal. Sepaket alasan, aku pikir ukuran yang kecil akan memuat tulisan yang tidak terlalu banyak dalam setiap halamannya. Sehingga target minimal membaca 10 halaman setiap hari tidak begitu berat. Remeh banget ya hehe . Aku juga sudah berpikir bahwa buku yang aku beli akan sering masuk tas dan dibaca

Budi Pekerti Coldplay di Plaza Senayan

 Sepuluh hari yang lalu, Rabu 15 November 2023, hari Coldplay tampil di Gelora Bung Karno. Saya jalan ke luar kantor, ke arah kerumunan calon penonton Coldplay, dan memutuskan untuk menonton Film Budi Pekerti di Plaza Senayan. Memang cara orang untuk mendapatkan kesenangan berbeda-beda. Ada orang yang senang dengan melihat artis luar negeri, orang yang berhasil mengundang artis luar negeri, orang yang senang dengan menghibur orang lain, orang yang senang berada dalam kerumunan, orang yang senang ketika berdagang dalam kerumunan, dan saya orang yang saat itu senang menghindari kerumunan. Bioskop di Plaza Senayan barang kali adalah bioskop paling eksklusif yang pernah saya datangi. Sepertinya tidak ada kecurigaan dari satpam melihat kemungkinan saya membawa makanan dalam tas yang berisi grill pan hadiah gathering yang siang itu saya ambil dari kantor. Bioskop pertama yang menolak uang tunai saya untuk membeli tiket. Bagus, padahal nominal yang harus saya bayar adalah 50000. Nominal y