Dalam UAS Pengantar Filsafat
Pendidikan, saya mendapatkan soal tentang “Manfaat yang saya peroleh setelah
mempelajari Pengantar Filsafat Pendidikan.” Berikut jawabannya...
Berhubung
saya dari STM, di tingkat pendidikan sebelumnya saya belum pernah pempelajarai
filsafat. Mungkin saya dulu bisa diklasifikasikan dalam golongan orang
pembohong, suka mencontek, suka berkhayal, imajinasi, kurang suka kegiatan
olahraga, sukanya menulis, menggambar, stand
up comedy dengan banyak waktu
dihabiskan di jalan. Hal-hal seperti itu sedikit banyak mempengaruhi diri saya
untuk memikirkan sesuatu. Walau yang saya pikirkan kebanyakan adalah hal-hal
sepele. Entah tentang mengapa saya melakukan sesuatu, membuat alasan, apa yang
harus saya lakukan untuk tugas, bagaimana suatu pengalaman bisa diceritakan
dengan lucu atau hal baik apa yang seharusnya saya lakukan.
Sehingga ketika mendapat mata kuliah
yang berhubungan dengan komunikasi, sosiologi atau pun filsafat saya merasa asyik.
Karena seolah berbagai mata kuliah tersebut memberi teori atau jawaban tentang
berbagai hal yang aku alami. Walau di awal sempat berpikir mungkin teman-teman
dari SMA akan mendominasi kelas. Tapi ternyata tidak. Entah karena apa, entah
benar atau hanya sekadar omongan saja, tak sedikit orang yang saya kenal kurang
menyukai mata kuliah tersebut. Hal itu menjadi alasan tambahan saya untuk
menyukai mata kuliah tersebut, walau memang saya tidak selalu aktif dalam
kegiatan perkuliahan.
Adapun manfaat yang saya peroleh
dari mempelajari Pengantar Filsafat Pendidikan antara lain adalah:
a. Sedikit
banyak saya mengetahui bahwa ideologi dan filsafat itu berbeda. Terdapat
berbagai turunan dari ilmu filsafat dan tentang sejarah perkembangannya.
b. Mata kuliah
ini membantu saya dalam memahami fenomena sosial yang kerap kali terpikirkan.
Serta memberi wawasan jika pengambilan kebijakan, tidak terkecuali dalam
pendidikan, juga mempertimbangkan filsafat dan ideologi yang dianut.
c. Walau kuliah
ini didominasi dengan presentasi oleh kelompok pada pertengahan dan akhir
perkuliahan. Tapi dengan adanya Pak Bowo, sebagai dosen yang mendampingi, sehingga
dapat mengarahkan ketika apa yang mahasiswa diskusikan supaya dapat tetap
sesuai. Hal ini sangat membantu saya, karena saya sering kali mengkontruksi
pikiran sendiri sehingga tidak jarang dan memungkinkan terjadinya kesesatan
berpikir jika tidak ada penjelasan yang menurut saya sesuai atau dari otoritas
yang menjelaskan.
d. Saya menjadi
tahu bahwa filsafat berpengaruh pada sistem pendidikan suatu negara, yang
ternyata berbeda-beda. Sehingga wajar jika ada berbagai kurikulum atau pun
metode pembelajaran yang berbeda-beda dan berfungsi untuk mendukung filsafat
atau ideologi yang dianut. Terlebih dengan adanya UAS ini yang menurut saya
masih dalam rangka meluruskan bahwa mata kuliah ini adalah Pengantar Filsafat
Pendidikan, bukanlah filsafat secara umum.
e. Pada kuliah
ini juga saya sedikit lebih paham mengapa tidak sedikit orang yang kurang
menyukai mata kuliah filsafat. Menurut saya pribadi hal ini karena yang
disampaikan oleh filsafat biasanya adalah fenomena-fenomena masa lalu dan
disampaikan pula secara abstrak. Ketika kami, mahasiswa, mendengar penjelasan
Pak Bowo yang menghubungkan suatu aliran filsafat dengan Cinta, banyak dari
kami yang tertarik. “Cinta itu tidaklah buta, tapi Cinta melihat apa yang tidak
dilihat orang lain.” Hal tersebut dapat menarik perhatian dan membantu kami
dalam mengkontruksikan ilmu yang didapat dari diskusi filsafat dengan kehidupan
sehari-hari (atau istilahnya pop). Sehingga intinya mata kuliah ini akan lebih
disukai jika kuliah ini berkesan, adapun kesan tersebut dapat dibuat dengan
menghubungkan pelajaran dan fenomena yang sedang dihadapi atau trend. Saya
pikir soal ini juga diarahkan untuk hal-hal tersebut. Supaya mahsiswa dapat
merefleksikan ilmu filsafat dengan kehidupan mereka, khususnya pada isu
pendidikan.
05 Februari 2018
@ajitof
Komentar
Posting Komentar