Langsung ke konten utama

FKY 28 ku

 Kalau gak salah seperti biasa, atau cuma tahun lalu, FKY diadakan di Taman Kuliner Condongcatur. Sebenarnya gak cuma di ConCat saja, FKY tahun ini juga tersebar di berbagai tempat di DIY. Kalau gak salah di sekitar Malioboro, Taman Budaya, jembatan timur Jl. AM Sangaji, dsb.

 Terus FKY itu apa? Masih ada aja orang DIY yang belum tau apa itu FKY, termasuk temenku. Entah memang gak tau atau memang ingin menjerumuskan, beberapa temen mencoba menjabarkan apa itu FKY, salah satunya menyebut sebagai Forum Kota Yogya. Kan kesannya FKY kurang asyik. Setahuku sih FKY itu singkatan dari Festival Kesenian Yogyakarta.

 MM1. Acara yang dimulai akhir Agustus ini, berbarengan dengan pekan OSPEK-ku. Jadi sebelum OSPEK selesai, cepat-cepat aku mengajak teman MM1 SMK-ku ke FKY Malam Minggu. Itung-itung reunian. Ajakanku direspon dengan baik, beberapa teman siap ikut. Sayangnya... Hari Sabtu ternyata aku disuruh ikut Rapat Masjid. Secara prinsipku saat itu, aku tidak ingin membatalkan acara pertama yang telah aku iyakan, jadi aku akan tetap memperjuangkan dolan bersama teman-teman SMK-ku. Tapi... sore harinya, disaat diri ini siap untuk koordinasi dan mempersiapkan diri untuk ke FKY. Koneksi internetku error. Aku pasrah. Sampai akhirnya petang pun datang, koneksi internet mulai normal, notifikasi mulai muncul. Acara ke FKY pun dibatalkan. Hal ini kerap terjadi padaku, setiap ada acara kelas di SMK-ku dulu, mau awalnya aku aktif atau tidak koordinasi, pada akhirnya aku sering gagal ikut. Ya, akhirnya inilah jalanku, harus ikut Rapat Masjid. J

 Multiple Inteligent. Rencana pertama ke FKY batal. Rencana kedua, aku ngajak teman-teman gugus prodiku yang mau maen tapi gak tau mau maen kemana. Disepakati kami akan ke FKY Hari Senin, berangkat dari rumah masing-masing jam 4 sore, tapi tetep kumpul dulu di UNY. OK, aku sadar rumahku paling jauh dari ConCat daripada teman-teman lain yang ikut. Jadi sebelum jam 4, aku udah OTW dari mBantul karena aku sangat tidak ingin membuat orang lain terlambat hanya untuk menungguku.

 Jreeeng... akhirnya aku sampai di UNY. Disana sudah ada beberapa orang, tapi sayangnya bukan dari gugus prodiku. Ternyata aku orang pertama yang sampai. Gak tau mau nunggu kemana, aku parkirkan motorku dan menunggu mereka di FIP. Niatku mau menunggu mereka sampai jam 5an, karena hari itu aku telah berprinsip ‘Ada atau gak ada orang yang nemenin aku, aku akan tetap ke FKY, nonton bioskopnya’. Aku orang mBantul je, masa udah jauh-jauh ke Jogja, cuma gara-gara gak punya temen, terus pulang.

 Dua demi satu orang kakak tingkat dan temen segugus pun datang. Terkumpulah 6 orang, harusnya ada 10 orang, tapi yang lainnya lagi ada keperluan dan masalah. Kami pun menuju ConCat untuk melaksanakan jalan-jalan di FKY. Sampai sana sudah Adzan Magrib. Stand-stand dan display-nya pun keren-keren. Walaupun aku memang jarang, atau malah gak pernah, beli barang yang ditawarkan. Tapi aku suka aja ngeliat hal-hal kreatif dan unik. Cara promosinya pun anti mainstream, seperti kata-kata “Sayang Anak... Sayang Pacar...” buat iklanin sesuatu bagiku udah kuno, dan kata-kata aneh seperti “...Kami ikatan Mapalagho, Mahasiswa Pecinta Alam Ghoib...” yang kesannya malah gak menyuruh pengunjung untuk datang membeli barang mereka, bagiku malah seperti menarikku untuk datang.

 Selain itu, kami disana nonton pentas di panggung utama. Setalah jam 7 kurang beberapa menit, aku ajak mereka nonton bioskopnya. Kebetulan jadwal bioskop hari itu banyak yang komedi. Tapi sayangnya dikarenakan ada keperluan masing-masing, kami pulang jam 8, dan hanya berhasil nonton 3 film aja.

Visioner. Tidak puas dengan nonton hanya setengah-setengah. Hari selanjutnya, aku ngajak satu orang temen gugus fakultasku, Fauzi, buat ke FKY. Itung-itung nyenengin anak kost. Tapi sebelumnya aku udah buat semacam perjanjian, kalau nanti aku akan fokus nonton film. Jadi terserah dia mau ikut workshop atau nonton teater panggung utama, yang penting kalau cari aku, aku nonton bioskop. Tapi ternyata walaupun sempat diguyur hujan, dia juga tertarik nonton, walau menurutku film-filmnya kurang pas dengan kesukaan kami yang komedi.  Kurasa tema bioskop hari Selasa itu nasionalis.

Pengalaman apa yang berkesan selain semua itu? Hari pertama aku ke FKY, aku bertemu teman SMK-ku dulu dengan janji yang membayang-bayang agar aku mengembalikan flashdisknya. Hari Selasanya, aku bertemu teman SMKku lagi, sama jurusan tapi beda kelas dan beda kelamin. Hari kedua juga, aku ngeliat 2 kating jalan-jalan berdua mungkin sama pasangannya, termasuk kating yang nemenin aku di hari pertama. Di FKY aku juga bertemu, lebih tepatnya liat, ada Kiki Pea (KKK), Hifdzi Khoir, Iwan yang ada di Management Soekamti, dan kalau gak salah ada Alit-Alit Jabang Bayi juga.

Bagaimana dengan bioskopnya? Sebenarnya aku pengen liat ‘Neng Kene Aku Ngenteni Kowe’nya Jeihan Angga, yang ternyata diputar di hari Minggunya. Secara sadar aku nonton 10 film. Film yang membuatku berkesan sih ada beberapa, yang kesan positif itu ‘Jas Merah Sang Garuda’, yang berkesan lucu ya ‘Di Bioskop’, dan yang paling membuat kesan kampret itu film ‘Makmum’.

Maaf untuk yang sudah kukecewakan. Sekiranya sekian yang dapat saya tuliskan. Ada kurang lebih saya minta maaf.

Bantul, 02 September 2016



Aji Tofa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Mati di Jogjakarta beserta Alasannya

Mati di Jogjakarta , sebuah antologi cerpen karya Egha De Latoya. Masih ingat ketika di Bandung akhir tahun 2022, masuk Gramedia aku hanya berpikir bahwa perlu beli buku. Tidak tahu mau beli buku seperti apa, tapi yang jelas adalah buku fiksi. Sederhana, karena buku yang terkahir aku baca (bukan karena suatu tugas atau pekerjaan) adalah buku non fiksi, yaitu Filosofi Teras. Beberapa alasan akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini adalah: Kecil dan tidak tebal Mungkin kata “tidak tebal” lebih tepat diganti dengan “tipis”, tapi menurutku buku ini tidak tipis-tipis banget. Ini penting karena sampai tulisan ini aku ketik, aku masih tidak percaya diri akan bisa selesai membaca buku-buku tebal. Sepaket alasan, aku pikir ukuran yang kecil akan memuat tulisan yang tidak terlalu banyak dalam setiap halamannya. Sehingga target minimal membaca 10 halaman setiap hari tidak begitu berat. Remeh banget ya hehe . Aku juga sudah berpikir bahwa buku yang aku beli akan sering masuk tas dan dibaca

Budi Pekerti Coldplay di Plaza Senayan

 Sepuluh hari yang lalu, Rabu 15 November 2023, hari Coldplay tampil di Gelora Bung Karno. Saya jalan ke luar kantor, ke arah kerumunan calon penonton Coldplay, dan memutuskan untuk menonton Film Budi Pekerti di Plaza Senayan. Memang cara orang untuk mendapatkan kesenangan berbeda-beda. Ada orang yang senang dengan melihat artis luar negeri, orang yang berhasil mengundang artis luar negeri, orang yang senang dengan menghibur orang lain, orang yang senang berada dalam kerumunan, orang yang senang ketika berdagang dalam kerumunan, dan saya orang yang saat itu senang menghindari kerumunan. Bioskop di Plaza Senayan barang kali adalah bioskop paling eksklusif yang pernah saya datangi. Sepertinya tidak ada kecurigaan dari satpam melihat kemungkinan saya membawa makanan dalam tas yang berisi grill pan hadiah gathering yang siang itu saya ambil dari kantor. Bioskop pertama yang menolak uang tunai saya untuk membeli tiket. Bagus, padahal nominal yang harus saya bayar adalah 50000. Nominal y