Langsung ke konten utama

Bedah Lontong

Menguak hal yang disuka dari Cak Lontong

 Saya sendiri tahu kalau Cak Lontong itu ada sekitar 3 tahun yang lalu. Awalnya saat saya gusar jam 10an malam. Saya lihat acara Stand Up Comedy di #MetroTV. Saat itu comic yang sering saya tonton ya Mongol Stress dengan fakta KW-nya, Setiawan Tiada Tara(kalau gak salah) dengan music komedinya, dan Cak Lontong dengan salam lempernya.
 Berbeda dengan comic-comic biasa lainnya yang sering menggunakan keresahan “gue resah, ya… bla bla bla.” Cak Lontong lebih pada motivator, gayanya.
 “Saya Cak Lontong, salam lemper… Jadilah seperti lilin…”
 Dengan melihat stand up-nya Cak Lontong, kita mungkin bisa lebih termotivasi lagi untuk mengganti channel TV kita. Haha.
 Setelah SUC di Indonesia semakin berkembang dan dikenal. Popularitas beliau ikut naik bersama beberapa comica lain seperti Boris Bokir yang sempat di salah satu acara RCTI, Sammy not a slim boy yang sering mengisi siaran-siaran yang mengusung berita politik “kesalahan bermula pada birokrasi kita”, acara sketsa yang dimainkan oleh beberapa comic KompasTV, Malam Minggu Miko dan masih banyak lagi.
 Bersama Akbar, Cak Lontong menjadi bintang tamu yang telah menetap di acara
Trans7 “Indonesia Lawak Klub” yang kerap menghadirkan beberapa comic juga. Sejak saat itu karier Cak Lontong melejit dengan survey, motivasi dan peribahasa yang beliau kacaukan sendiri.
 Seperti Cak Lontong. Beberapa hari yang lalu saya mencoba untuk mensurvei member GRUP GUEEE… (elah pamer dikit ya) Stand Up Comedy on Facebook. Dengan sebuah pertanyaan “Apa yang kalian suka (read: resahkan) dari Cak Lontong?” Berikut jawaban yang saya simpukan:
1. Salam Lemper
 Itulah kalimat yang sering beliau ucapkan untuk membuka dan menutup perkataannya. Biasanya digabungkan menjadi kalimat “Saya Cak Lontong, Salam Lemper.” Itulah bukti kalau beliau itu adalah seorang motivator. Karena setiap motivator memiliki salamnya sendiri-sendiri. Contoh Mario Teguh “Salam Super”. Ya itulah menurut saya yang dicontoh Cak Lontong.
 Cak Lontong itu kurang konsisten. Namanya Lontong salamnya Lemper, Lontong sama Lemper itu beda. Kalau Lemper itu Lontong yang berisi. Dan sekarang ada ungkapan, kalau kalian belum tahu, karena ini saya yang buat sendiri “Cak Lontong Salam Lemper Partai Nasduk Iklan Sosis.” #Karbohidrat
2. Membuat Kamus Bahasa Indonesia tidak laku
 Setiap hal itu mempunyai 2 sisi. Positif dan Negatif. Ya ini, salah satu sisi negatif dari Cak Lontong Insinyur yang mencengangkan. Membuat kita tidak perlu susah-susah membaca buku untuk mengetahui ilmu. Dengan melihat Cak Lontong, kita bisa melihat hal baru yang sebenarnya tidak perlu.
 Bayangkan kalau sejak kecil kita hanya menonton Cak Lontong. Kita pasti bisa menjawab beberapa soal tanpa membaca kamus bahasa Indonesia.
Pas ulangan SD ada sebuah soal “Budi adalah anak nakal. Pernah suatu hari Budi melempar batu pada Susi. Karena tidak mau disalahkan, Budi pun bilang pada Susi kalau yang melempar batu tadi adalah Beni. Tidak terima, Beni pun melaporkan hal tersebut pada KomNasHAM untuk menyelidiki sidik jari pelempar batu tersebut. Setelah proses selesai, terbukti bahwasannya Bud-lah yang melemparkan batu tersebut pada Susi. Pertanyaannya: Sebutkan peribahasa yang tepat dari cerita tersebut?”
 “Lempar Batu Sembunyi eh Ketahuan.” Nah, itu baru tepat. Jadi disesuaikan kontek.
3. Survei yang Mencengangkan
 LSM. Lontong’s Surveyer Mencengangkan. Kalau ini sudah tahu semua, kan? Dari beberapa member yang saya survey Apa yang mereka suka dari Cak Lontong? Beberapa orang menjawab tidak kenal Cak Lontong, kecuali 100% tahu kalau Kehadiran Cak Lontong di dunia ini adalah ada. Oke saya tidak bisa survei seperti beliau, ya.
 Kalau kalian tahu ada LSM yang menampilkan data survai untuk kepuasan pemesan saja, seperti “Elektabilitas Jokowi sebagai presiden lebih tingi dari pada Pak JK” atau pun “Lebih dari 80% responden mengaku tidak mengetahui kinerja Prabowo-Hatta selama menjabat gubernur di Jakarta.” Sepertinya Cak Lontong hanya menampilkan data untuk kepuasan batinnya sendiri.
4. Sanggahan dan Memperkuat Argumen
 Berikut cara yang sering digunakan Cak Lontong untuk menyanggah argument lawan atau pun memperkuat argument-nya.
 “Mikir…” digunakan untuk mengakhiri survai yang sulit untuk diterima dengan otak kosong.
 “Ya ini.”/”Nah ini.” Menunjukkan kalau argument lawan yang memotong argument beliau yang dianggap salah jalur di benak Cak Lontong.
 “Ya itu yang saya khawatirkan.” Biasa untuk menyanggah argument lawan yang lalu diikuti survei yang mencengangkan.
 “Kita? Lu ma gue aja keles…” kalau dipikir ini sedikit masuk akal, karena kita adalah aku, kamu dan mereka/dia (kami dan kalian)
 Sekian hasil pertanyaan yang dapat saya paparkan semoga dapat hikmahnya dan cobalah untuk berpikir dari kata-kata Cak Lontong. “Mikir…”
 Kurang dan lebihnya saya minta maaf. Tapi kalau ada jawaban yang lain silakan koment saja.

 Bantul, 29 Juni 2014

 @absurddin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Mati di Jogjakarta beserta Alasannya

Mati di Jogjakarta , sebuah antologi cerpen karya Egha De Latoya. Masih ingat ketika di Bandung akhir tahun 2022, masuk Gramedia aku hanya berpikir bahwa perlu beli buku. Tidak tahu mau beli buku seperti apa, tapi yang jelas adalah buku fiksi. Sederhana, karena buku yang terkahir aku baca (bukan karena suatu tugas atau pekerjaan) adalah buku non fiksi, yaitu Filosofi Teras. Beberapa alasan akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini adalah: Kecil dan tidak tebal Mungkin kata “tidak tebal” lebih tepat diganti dengan “tipis”, tapi menurutku buku ini tidak tipis-tipis banget. Ini penting karena sampai tulisan ini aku ketik, aku masih tidak percaya diri akan bisa selesai membaca buku-buku tebal. Sepaket alasan, aku pikir ukuran yang kecil akan memuat tulisan yang tidak terlalu banyak dalam setiap halamannya. Sehingga target minimal membaca 10 halaman setiap hari tidak begitu berat. Remeh banget ya hehe . Aku juga sudah berpikir bahwa buku yang aku beli akan sering masuk tas dan dibaca

Budi Pekerti Coldplay di Plaza Senayan

 Sepuluh hari yang lalu, Rabu 15 November 2023, hari Coldplay tampil di Gelora Bung Karno. Saya jalan ke luar kantor, ke arah kerumunan calon penonton Coldplay, dan memutuskan untuk menonton Film Budi Pekerti di Plaza Senayan. Memang cara orang untuk mendapatkan kesenangan berbeda-beda. Ada orang yang senang dengan melihat artis luar negeri, orang yang berhasil mengundang artis luar negeri, orang yang senang dengan menghibur orang lain, orang yang senang berada dalam kerumunan, orang yang senang ketika berdagang dalam kerumunan, dan saya orang yang saat itu senang menghindari kerumunan. Bioskop di Plaza Senayan barang kali adalah bioskop paling eksklusif yang pernah saya datangi. Sepertinya tidak ada kecurigaan dari satpam melihat kemungkinan saya membawa makanan dalam tas yang berisi grill pan hadiah gathering yang siang itu saya ambil dari kantor. Bioskop pertama yang menolak uang tunai saya untuk membeli tiket. Bagus, padahal nominal yang harus saya bayar adalah 50000. Nominal y