Langsung ke konten utama

Adaptif Normatif Produktif

Bulan Mei

Hampir 1 tahun, saya menjadi siswa SMK. Dan itu mungkin sudah cukup membuktikan sifat-sifat teman saya di sekolah(bodo amat di rumah). Dari yang suka olah raga sampai yang suka membaca. Dari yang minoritas sampai mayoritas. Dari rambut dipotong paksa sampai potong rambut mandiri. Dari yang suka ngomong sampai yang suka diomongin.
Banyak, man. Sifat dan kebiasaan orang itu berbeda-beda. Guru sudah bilang, “Oke sesi pertanyaan selesai. Ada yang mau membantu jawab?”
“Saya mau menyanggah pertanyaan teman saya.”
“Oya silakan. Bagus ini, ada yang mau menyanggah.”
“Jadi, mengapa sistem ekonomi liberal itu berbeda dengan Sistem Operasi?”
Itu pertanyaan, kampret.
Guru sudah bilang, “Oke sesi pertanyaan ditutup. Ada yang mau membantu jawab?
“Saya belum bertanya lho, Bu.”
Bodo amat.
Guru bilang, “Oke sesi pertanyaan ditutup. Silakan dijawab?
“Tapi jamnya habis, Bu.”
“Oo…”
NAH.
Ini baru kutipan kalau pelajaran Adaptif dan Normatif saat presentasi. Belum produktif.
“Nanti kalau ada peringatan, tekan ‘Agree’ saja. Lalu next.”
“Pak, tapi kok rasanya saya tidak setuju, ya?”
Bodo amat, man.
“Jadi, kalau ada peringatan, nanti klik ‘No’.”
“Bagaimana kalau saya klik ‘Yes’ saja, Pak.”
Urusan lu.
“Pasang peripheral-nya dan coba install ulang dengan Sistem Operasi Linux Debian.”
“Bedanya Sistem Operasi Linux Debian dengan Sistem Pemerintahan Indonesia apa ya, Pak?” NAH.
“Debian itu Open Source, Sistem Pemerintahan Indonesia itu Open Ended.” NAH
“Tapi jamnya sudah habis, Pak.” NAH
Kalau saat olah raga. Tim Basket kelas kami itu hebat, selalu menang kalau latihan. Ya biasalah latian melawan kelas sendiri dibagi 2 regu. Walau pun basicnya kami adalah anak TI, Multimedia. Saat tanding basket dengan jurusan lain, kami selalu, kalah, man.
Pantaslah kalau kalah. Kelas lain yang ikut ekstra basket itu banyak, kerjasama telah terbangun, cuma kurang kerja sampingan aja. Lha kami, man? Belajar otodidak, reverensi dari anime. Kuroko no Basuke feat Bazara.
“Kagami, lempar bola itu padaku. Kita akan menggunakan jurus seperti pada chapter 7.”
“Kamu siapa?”
“Aku Kuroko. Akan kuumpan balik padamu, Kagami. Terus kita balikan.” NAH. Semua kata rindumu, semakin membuatku, tak berdaya…

            Nb: catatan ini dibuat dengan editan yang tidak perlu.
Damai, man.
17 Mei 2014


            @absurddin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Hubungan Setiap Season di Serial Fargo

Judulnya Fargo, tapi kok kebanyakan seting lokasinya ada di Minnesota bukan di Dakota Utara? Ini karakter di season 3 kayaknya ada yang familier deh, tapi siapa ya?Berhubungan pasti nih, tapi apa ya?      Beberapa pertanyaan itulah yang sempat saya pikirkan, dan jawaban dari pertanyaan pertama sudah saya singgung di tulisan sebelumnya ( cek di sini ). Sedangkan untuk 2 pertanyaan lainnya akan coba saya bahas di tulisan kali ini. Karena memang ada beberapa karakter yang menemani kita untuk memahami hubungan di setiap cerita Fargo. Mari kita runut dari timeline paling awal: Fargo Season 4 : Latar waktu 1950an Satchel membaca disamping Rabbi ( sumber gambar )      Satchel Cannon yang ditukar sebagai jaminan untuk memenuhi perjanjian damai antara Cannon Limited dengan Fadda Family. Walau hidup bersama keluarga mafia Itali Fadda Family, Satchel diperlakukan kurang layak dan disuruh tidur di loteng rumah bersama Rabbi Milligan yang peduli padanya. Rabbi Milligan ini adalah orang Irlandi

Nopek Juara SUCI IX

pengennya netizen sih Lima besar SUCI IX diisi oleh Ate, Egi, Rio, Ali, dan Nopek. Dari kelima finalis tersebut, 2 orang yang banyak digadang-gadang jadi juara oleh netizen adalah Nopek dan Ali. Apakah akan terbukti? Pada episode kali ini (9 April), finalis mendapat 2 sesi penampilan. Sesi pertama bertema bebas, tema yang sangat disukai dan memang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh finalis season ini. Sedangkan sesi kedua bertemakan Roast of Aldi Taher, yang tidak kalah dar der dor plung dyeng pyar. Berikut sekilas topik penampilan di tema bebas: Ate resah dengan kebiasaan finalis lain yang ngambil premis terlalu dekat dan sering pakai meta komedi; Rio khawatir kalau karirnya naik palingan cuma jadi satpam di lantai 2; Nopek yang keberatan beban ekspektasi penonton; Egi yang berhasil menjilat juri; dan Ali menyimulasikan sesi close mic. Quote yang paling berkesan buat saya dari sesi ini adalah materi Ali Akbar yang kata Pandji