Langsung ke konten utama

#DheSUC 04


Show Pertama... #Yang Terpenting, Kalau Kepanjangan. Tolong Baca bagian bawah...

                Oke, saya mulai di hari terakhir. Hari Senin. Hari dimana nanti, kami berempat akan menunjukan seni melawak tunggal dari kelas kami yang akan menjadi stand up comedy pertama untuk sekolah kami. Setidaknya untuk beberapa tahun terakhir ini.
            Entah apa yang teman-teman saya siapkan pagi harinya. Tapi yang jelas kami semua (murid kelas 9, laki-laki) diharuskan untuk memakai baju putih lengan panjang serta celana hitam.
            #SKIP
            Akhirnya wisuda selesai, mayoritas orang tua wali sudah pulang. Dan kami pun foto dengan tropi MILIK ARIF. Karena laki-laki dari kelas saya yang dapat piala cuma Arif. Hitung-hitung pengalaman pegang piala.
            Penampilan Stand Up Comedy kami berada pada urutan ke-23-an kalau tidak salah. Dan itu membuat kami pesimis. Apakah mereka masih minat menyaksikan penampilan kami pada waktu-waktu tersakhir.
            Sedangkan Arif dengan band-nya berada pada urutan kedua, kalau gak salah juga.
            #SKIP
            Setelah Arif tampil dengan band-nya. Kami berempat pun latihan, gladi bersih di salah satu ruang kelas 7. Dan untungnya, ada beberapa teman kami yang mau menyaksikan gladi bersih kami. Sehingga kami berempat bisa merasakan kalau materi yang kami sampaikan memang lucu. Sekaligus tes mental.
            Gladi bersih berjalan lumayan lancar. Menambah yakin kepastian penampilan kami nanti.
            Setelah selesai gladi bersih. Kami kambali menyaksikan pentas seni dari masing-masing perwakilan kelas, ada band, menari, paduan suara dsb. Kami pun masih menyempatkan untuk menyuruh beberapa teman dan guru kami supaya nanti tetap tertawa. Lucu maupun tidak lucu.
            Tidak kami sangka. Karena beberapa kelompok masih belum siap untuk naik ke panggung. Kami mempunyai kesempatan untuk langsung tampil pada urutan ke-13an. Kami pun menyanggupinya.
            MC memanggil kami “Dari pada... blablabla. Sekarang mari kita saksikan stand up comedy dari kelas 9 D.”
Giliran kami pun dimulai. Saya sendiri melihat antusiasme mereka. Teman-teman pada tepuk tangan dan bersorak. Dan guru-guru yang sedari tadi cuma duduk di kantor. Mulai keluar untuk menonton kami berempat. Gila... segitunya, man.
            Saya dan Arif pun duduk di kursi belakang, tapi tetap diatas panggung.
Sedangkan Sopan dan Bagas maju untuk memwakan MC khusus stand up kami. Saya tahu, mereka berdua grogi. Khususnya Bagas. Tapi, syukurnya lawakan MC mereka berdua tetap menuai tawa dari mereka yang menonton kami.
Walau pun ada sebagian kata yang kurang pecah karena tertutup tawa penonton. Itu salah saya, saya lupa memberi tahu mereka berdua untuk memberi waktu penonton tertawa sebelum melanjutkan kalimatnya.
Setelah beberapa saat mereka berdua menjelaskan tentang stand up comedy. Sekarang giliran saya untuk membuat tawa.
Saya pun stand up. Awalnya grogi banget. Karena respon mereka baik, saya pun mulai melempar bit-bit saya tentang Arif, mengejek guru, ciri orang ganteng, film dan bit yang mengarah pada orang MAHO (Manusia Homo.)
Walau ada sebagian bit saya tentang film yang lupa, saya tetap lanjut. Dan menyampaikannya setelah saya ingat kembali, tentu saja dengn improvisasi. Dan, parahnya saat saya disebut tidak ganteng saat membawakan bit ciri orang ganteng oleh teman saya. Saya pun tidak tinggal diam dengan menjawab hackling-nya.
Ada pula saat saya meniru gaya KamSeUpay-nya Bang Muslim. Ada orang yang sudah tahu kalau saya cuma copy paste, dan mulai membuat rusuh perform saya. Dengan improvisasi saya jawab jujur saja, kalau ini memang cuma copy paste, sambil bilang “bodo amat” kalau ada yang rusuh.
Selama 6 menitan saya stand up. Terus dilanjtkan Arif yang sepertinya agak ngeblank. Tapi tetap bisa membuat tawa penonton dengan bit orang homo dan lainnya.
Setelah penampilan kami selesai. Kami pun turun dari panggung dengan sorak dan tepuk tangan para penonton. Kami juga disalami oleh guru-guru yang memuji keberanian kami untuk menuai tawa lewat Stand Up Comedy yang baru open mic tadi malam.
Inilah pengalaman pertama kami stand up comedy di depan 600-an lebih, dan mereka adalah orang yang kebanyakan belum tahu apa itu stand up comedy.

Terimakasih untuk...
                Kepada Allah, yang telah... telah banyak sekali membantu kami.
                Kepada ketiga orang teman saya, Arief, Bagas dan Sopan. Yang telah bersedia mewujudkan sebuah pengalaman ini.
                Kepada mereka yang menjadi inspirasi, yang membantu dan yang menjadi materi stand up comedy kami.
                Kepada teman-teman, khususnya kelas 9, dan khususnya 9 D. Nanda Cs. Cs-nya siapa saja? bodo amat, banyak kalau saya sebutkan satu persatu.
Yang telah mendukung kami. Bersedia tertawa untuk kami. Walau pun saat saya ajak ikut stand up kebanyakan alasan. Tapi saya tetap menghargai kalian sebagai orang-orang yang mendukung dibelakang kami.
Kepada OSIS yang bisa merealisasikan semua ini. Dan masih banyak lagi...
                Bantul, 04 Juli 2013

                @danMasihAji
#Mungkin Ini Catatan Saya yang Paling Panjang#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah-Kisah Kebetulan di Fargo

Bagaimana jadinya ketika bapak-bapak korban perundungan tidak sengaja curhat pada seorang pembunuh? Pembunuh itu segera memberi pelajaran pada perundung, mengajak bapak itu bangkit, dan melibatkannya dalam kasus pembunuhan lainnya.      Begitulah Serial Fargo, kata kuncinya adalah “tidak sengaja” yang akhirnya bermuara pada “kasus pembunuhan”. Serial TV ini selalu memberi gimik di awal episode, bahwa diadaptasi dari kejadian nyata, korban yang selamat namanya disamarkan dan bla-bla-bla, seolah ini berasal dari kisah nyata. Tapi terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang jelas serial yang telah sampai season 4 ini diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama “Fargo” yang rilis pada 1996. Film Fargo: latar waktu 1995 Jerry bernegosiasi dengan calon penculik ( sumber gambar )      Film ini bercerita tentang Jerry, seorang menantu resah karena bos yang juga merupakan mertuanya sering menyinggung ketidaksuksesan dirinya. Tanpa sepengetahuan istrinya, si menantu menyewa 2 orang kri

Mati di Jogjakarta beserta Alasannya

Mati di Jogjakarta , sebuah antologi cerpen karya Egha De Latoya. Masih ingat ketika di Bandung akhir tahun 2022, masuk Gramedia aku hanya berpikir bahwa perlu beli buku. Tidak tahu mau beli buku seperti apa, tapi yang jelas adalah buku fiksi. Sederhana, karena buku yang terkahir aku baca (bukan karena suatu tugas atau pekerjaan) adalah buku non fiksi, yaitu Filosofi Teras. Beberapa alasan akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini adalah: Kecil dan tidak tebal Mungkin kata “tidak tebal” lebih tepat diganti dengan “tipis”, tapi menurutku buku ini tidak tipis-tipis banget. Ini penting karena sampai tulisan ini aku ketik, aku masih tidak percaya diri akan bisa selesai membaca buku-buku tebal. Sepaket alasan, aku pikir ukuran yang kecil akan memuat tulisan yang tidak terlalu banyak dalam setiap halamannya. Sehingga target minimal membaca 10 halaman setiap hari tidak begitu berat. Remeh banget ya hehe . Aku juga sudah berpikir bahwa buku yang aku beli akan sering masuk tas dan dibaca

Budi Pekerti Coldplay di Plaza Senayan

 Sepuluh hari yang lalu, Rabu 15 November 2023, hari Coldplay tampil di Gelora Bung Karno. Saya jalan ke luar kantor, ke arah kerumunan calon penonton Coldplay, dan memutuskan untuk menonton Film Budi Pekerti di Plaza Senayan. Memang cara orang untuk mendapatkan kesenangan berbeda-beda. Ada orang yang senang dengan melihat artis luar negeri, orang yang berhasil mengundang artis luar negeri, orang yang senang dengan menghibur orang lain, orang yang senang berada dalam kerumunan, orang yang senang ketika berdagang dalam kerumunan, dan saya orang yang saat itu senang menghindari kerumunan. Bioskop di Plaza Senayan barang kali adalah bioskop paling eksklusif yang pernah saya datangi. Sepertinya tidak ada kecurigaan dari satpam melihat kemungkinan saya membawa makanan dalam tas yang berisi grill pan hadiah gathering yang siang itu saya ambil dari kantor. Bioskop pertama yang menolak uang tunai saya untuk membeli tiket. Bagus, padahal nominal yang harus saya bayar adalah 50000. Nominal y